Senin, 03 September 2007

Konversi Minyak Tanah - LPG



Aku ada pertanyaan nih...

Kenapa sih pemerintah pake ngeganti minyak tanah sama LPG??? Aku nanya begini bukan gara2 banyaknya ibu-ibu demo ngantri minyak tanah. Tapi karena.... LPG itu kan SETAUKU bahan bakar yang paling susah didapet. LPG itu-bahannya butan dan sedikit propan (C3-C4)-produk samping pengeboran minyak yang jumlahnya sedikiiiiiit banget (ga bakal nyampe 5% KALO GA SALAH). Bahkan di pengeboran gas alam (dominan C1-C2) juga sama aja. Terus kenapa jadi diganti sama bahan bakar yang paling susah didapet??? Ditambah lagi, gas-gas beginian bersaing sama industri2 petrokimia yang bahannya emang dari gas, macam PKT gitulah. Belom lagi LPG kan ga bisa dibeli eceran kaya minyak tanah satu liter doang gitu. dan yang ga kalah penting,,,,,,kemana pulang unda handak main laduman??? HAW!!!!!

Ini pemerintah yang sok modern apa gimana sih????? Tolong anak2 FIKTM confirm. Aku lagi males buka2 forum anj*ng yang ngemeng-ngemeng doang.

Oia, satu lagi alternatif bahan bakar. Dulu ITB pernah memanfaatkan yang namanya gas kota. Tapi ga tau kenapa berenti. Padahal lingkup pemanfaatannya meliputi sumur Bandung sampe dago atas. Dulu lab-lab fisika dan kimia dasar TPB ITB pake bahan bakar ini. Detailnya sih aku belom tau. Tapi bisa dicari. Gimana??

A. Nova
Anak Samarinda yang sudah pindah ke Serang
Teknik Kimia ITB

4 komentar:

Anonim mengatakan...

berikut penjelasannya, sori ngemeng2 kepanjangan. gausah dibaca, isinya bacot.

kenapa siy pake acara ganti minyak tanah (minyak gas, Red.) ke elpiji.
ini siy lebih kepada faktor keekonomisan.

jadi selama ini minyak gas yang dijual kepasaran oleh Pertamina harganya ditetapkan oleh pemerintah, yang biasa disebut harga eceran tertinggi. nah kalo ga salah ya harga minyak tanah untuk rumah tangga (non industri) skitar Rp 2200 rupiah gitu deh. (CMIIW)
sedangkan harga minyak gas semestinya itu yang gak pakai subsidi, sebesar Rp 6200 rupiah (disesuaikan dgn harga minyak dunia, per 1 Agustus 2007), kira2 bisalah dihitung besarnya uang yang di bayarkan pemerintah Indonesia untuk mensubsidi minyak tanah dengan penduduk 200 juta lebih, dgn sebagian besar penduduk masi pakai minyak tanah.... Yah aku siy ga tau angka pastinya, tapi dalam setahuan sekitar 30 triliuan rupiah (4 milyar dolar) cuma untuk mensubsidi minyak tanah. Jumlah uang tersebut dirasa sangat membebani APBN negara...

Indonesia di anugerahi Tuhan dengan kekayaan gas alamnya, karena cadangan minyak bumi indon udah sangat tipis, sekitar 4 milyar barrel, yang sama dengan 15 tahun lagi. kalau cadangan gas alam kita, sekitar 100TCF,yang tersebar di sumatra selatan, di laut natuna, di delta mahakam, di sulawesi tengah, di papua, n laut timor. yah gaperlu dibayangin itu segimana, tapi insyaoloh bisa mencukupi kebutuhan hingga berpuluh-puluh tahun kedepan.Cadangan minyak di indonesia sudah sangat memprihatinkan, sedangkan cadangan gas masih sangat aman, jadi biarpun cuma 5% elpiji yang bisa diproduksi dari gas alam yang ada, tetap aja banyak dit. jadi sebenarnya ini merupakan pemikiran jangka panjang, kalo ternyata ga ketemu2 lapangan minyak lagi di indon, yah kita bisa manfaatin gas yang berlimpah ini.
trus kok orang2 pada ga suka dengan kebijakan ini?

mereka tuh mungkin belum pada tau, harga gas itu satu kilogram Rp 4250 rupiah, okelah satu liter minyak tanah yang disubsidi Rp 2000 rupiah. Tapi 1 kilogram gas itu setara dengan penggunaan 3 liter minyak tanah. jadi dengan ngeluarin uang untuk 3 kilo gas seharga Rp 12.750 itu kita bisa pakai setara 9 liter minyak tanah, padahal untuk beli 9 liter minyak tanah seharga 18000 rupiah, hayoo murah mana coba?? Jadi sebetulnya nggak ada yang rugi dengan konversi ini, bahkan pemerintah memberikan bantuan dengan memberikan kompor gas gratis beserta tabung 3 liter untuk rakyat miskin. jadi sekarang bisa beli/tukar tabung gas ukuran 3 liter dit.. ga terlalu mahal lah, insyaoloh.

jadi dengan ngemeng2 panjang lebar di atas, yang bisa kusimpulkan:
1. insyaoloh dengan penggantian minyak tanah ke elpiji akan membawa kemaslahatan buat indon ke depannya, spa tau pemerintah punya niat baik dengan mengalirkan uang yang biasanya utk subsidi minyak tanah itu bisa digunakan utk membuka lapangan pekerjaan dll.
2. Media emang terlalu ngebesar2kan konversi energi ini yang notabene sebagai hal sensitif sebagai sumber berita mereka supaya media mereka laku keras, padahal ga ada yang salah dgn program ini, toh pemerintah tidak bersikap frontal terhadap program ini, tapi dengan perlahan lahan dan sosialisasi yang menyeluruh. So, media2 di indonesia emang parah, ga objektif...belum tentu yang lo denger itu bener......(termasuk komen gw ini, hehehe)

PEACE, ga ada tendensi apapun
gw ga bermaksud sotoi, menggurui atau apapun.
salam.

Anonim mengatakan...

plis jangan pake kata "indon" tentangga kita suka pake bahasa itu buat manggil kita. yah..kira2 setara dengan kata "niger" di amrik sana..rasis. .

Ega
Samarinda
TI STT Telkom

Anonim mengatakan...

Minyak tanah vs LPG? Wahhh rupanya ada balasan dr org Pertamina langsung nihhhh. Emank scr technical kaya' yg Adit tulis dimilis. Tp pemerintah qta khan berpikir scr ekonomi tiap ngambil kebijakan (lagi2 kata dosenq)... jadi apapun bentuk kebijakan pemerintah entah itu, menaikkan or menurunkan harga, replace sumthing lah...dr sudut pandang ekonomi. Termasuk menggantikan m.tanah dg LPG. Jadi, klo emank bener2 anak ekonomi n paham ilmu ekonomi, sharusnya ngga' ada anak2 ekonomi yg turun kejalan2 bwat ngedemo kebijakan pemerintah. Cukup kerjaan anak tekniklah demo2.

Kalo pemikiran ibu RT >>>kaya' aq...

Minyak Tanah Rp 2.500/ltr (harga eceran diwarung2). Kalo bwat masak sehari2, 1 jirigen or 5 ltr ga nyukup 1 minggu. Anggaplah 1 minggu 5 ltr, 1 bln? Rp.50.000. LPG di MLG 1 tabung kira2 Rp.50.000-Rp55. 000, ada yg Rp.60.000 bahkan. trus habisnya kira2 1,5 blnan. Nah klo mikirnya kaya' aq...lebih untung pake LPG.

A. Nugraheni
Anak Tenggarong
TI ITN & IESP Unbraw

Anonim mengatakan...

alan ini...
kamu itu harus datang khotbah jum'ah di Batan ITB 7 Sept kemaren, beneran loh, ada dibahas mengenai ketertundukan kita terhadap kapitalisme, salah satunya konversi itu. Jadi lan salah satu kekayaan "dari tanah", aku lupa bahasa arabnya apa, itu harus dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan oleh warga negaranya. Pemerintah harusnya menggratiskan! Ini udah sukur2 dibayar sama rakyatnya, kok malah maw dinaikkan, udah gitu bakalan dihilangkan, yang bener aja...
Kesimpulannya, kita belum merdeka katanya, bukan kataku loh, kata Pak Samsu Basaruddin.